Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

KULIAH WARUNG KOPI

Gambar
ADA penuturan menggelitik yang keluar dari aktivis lingkungan Walhi nasional, Dr Purnawan (maaf kalo salah nama) pada saat menggelar diskusi seputar lingkungan Kaltara di Kedai Bean Laden belum lama ini. “Jangan pernah sepelekan warung kopi,” kata dia di ujung diskusi. Warung atau kedai kopi, dituturkan pria ini, merupakan tempat interaksi lintas sosial dan “kunci” untuk membuka beragam gagasan. “Bahkan saya menyuruh mahasiswa saya untuk sering-sering ke warung kopi,” tutur dosen lingkungan Widyagama Malang ini. Mahasiswa yang hanya berkutat di ruang kuliah, dan mendapat nilai A, baginya, hal-hal biasa saja. “Tidak ada yang spesial. “Apalagi jelang ujian, ya, diktat itu aja dipelajari.” Namun, mahasiswa yang meski nilai kuliahnya biasa-biasa saja, mampu survive setelah lulus kuliah. “Sebab, mereka mempelajari beragam spektrum ilmu dan diskusi di luar apa yang diberikan kampus, termasuk belajar dan ngilmu di warung kopi,” tuturnya yang disambut tepuk tangan dari puluhan mah

BERSAMA SUHU JURNALIS

Gambar
KEDATANGAN Mas Tris (tiga dari kiri) ke Tarakan terlebih ke Kedai Bean Laden, tentu mengagetkan saya. Mahfum saja, sudah nyaris setahun lebih sejak keluar dari salah satu perusahaan surat kabar, kami tidak bertemu. Penampilannya kini tidak banyak berubah. Khas memakai jaket dan tas punggung. Sepatunya sudah rada mengkilap. Tutur kalimatnya masih sama, keluar dengan tenang. Dan analisa terukur. Kurang lebih 30-an menit kami mengobrol bersama teman lain seputar media dan dunia usaha. Kini, Mas Tris menjalankan usahanya berupa aplikasi pembayaran kebutuhan manusia dalam satu kartu (Paytren). Di dunia jurnalis di Kaltara, nama Mas Tris cukup mumpuni. Belasan tahun menjalani kerja sebagai pewarta. Tulisannya, padat, kritis merangsang, dan tidak cacat logika. Saya beruntung pernah dibimbingnya sewaktu kerja di perusahaan yang sama. Susah sekali tembus halaman yang ia kelola. Hahahaa. Akhirnya sadar diri dengan kapasitas otak yang tidak seberapa ini, saya mundur perlahan dari bi