Stop Press
JANUARI 2017, sebuah kenangan 6 tahun silam kembali terjadi bulan ini. Tepatnya pada November 2010, sebuah langkah yang banyak orang sebut "meninggalkan zona nyaman" kembali terjadi dalam hidup saya.
Enam tahun lalu, saya yang hanya mengantongi ijazah D1 dari sebuah akademi komunistas dengan pengetahuan komputer dasar bekerja sebagai karyawan kontrak di sebuah pabrik kayu lapis ternama di Kota Tarakan. Panghasilannya cukup lumayan. Sebagai seoarang remaja yang baru mengenal dunia kerja, waktu itu penghasilan saya cukup memuaskan. Namun akhirnya memilih meninggalkan pekerjaan itu untuk mencoba pengalaman baru. Meski ada alasan lain yakni sulit mengatur waktu kuliah dengan sistem kerja shift, saya memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan surat kabar terbesar di Kaltara (waktu itu belum mekar dari Kaltim), yakni SKH Radar Tarakan. Saya menerima tawaran bekerja sebagai Marketing PPL di divisi Pemasaran.
Gajinya hanya setengah dari apa yang saya dapat dari pekerjaan saya sebelumnya, namun saya tetap optimis dan merasa ini hal baru, pengalaman baru, dan akan ada banyak ilmu yang bisa saya peroleh dari orang-orang penghuni salah satu gedung tertinggi di Kota Tarakan ini.
Hanya setahun saya menjalani pekerjaan sebagai Marketing PPL, karena November 2011, beberapa hari sebelum kontrak saya habis, divisi paling vital di perusahaan ini meminta saya bergabung dengan mereka, Redaksi. Wah, ini luar biasa bagi saya yang semasa sekolah hingga kuliah belum punya pengalaman menulis (kecuali tugas akhir). Saya bekerja sebagai wartawan dan belajar sebagai jurnalis mulai dari nol.
Banyak sekali pengalaman yang saya lalui di tahun pertama saya bekerja sebagai wartawan. Redaktur pernah sampai pukul meja karena tulisan saya yang dia edit sulit dia pahami. "Saya aja kalau baca tulisanmu ini bingung maksudnya apa, apalagi pembaca koran kita besok," katanya dengan nada sedikit tinggi sambil matanya terus melotot ke monitor komputer.
Kejadian seperti itu sudah jadi makanan sehari-sehari bagi wartawan baru seperti saya. Maklum, bekerja di bawah tekanan karena harus mengejar deadline betul-betul menguras otak dan energi untuk menjalaninya. Tapi saya bertahan.
Lama kelamaan ritme kerja perlahan mulai saya nikmati, meski kerap juga merasa jenuh, bosan, malas yang membuat saya beberapa kali mendapat teguran dari atasan.
Empat tahun saya menjalani aktivitas sebagai jurnalis, meliput berbagai kejadian dan menulis informasi seputar pendidikan dan kesehatan. Hingga pada Maret 2015, saya meninggalkan 'jalanan'. Saya mendapat kepercayaan bekerja di balik monitor. Saya diangkat sebagai Redaktur. Zona nyaman kembali saya dapatkan.
Belum genap dua tahun bekerja sebagai redaktur, sebuah tantangan besar kembali saya dapatkan. Sebuah surat keputusan dari perusahaan yang isinya mengangkat saya menjadi Manager di divisi Pemasaran per 1 Juni 2016 diterbitkan. Wah lagi, dalam waktu kurang lebih 5 tahun bergabung dengan perusahaan ini, saya sudah duduk di jajaran direksi.
Tapi sayang, jabatan ini cuma mampu saya emban selama 6 bulan. Tepatnya 1 Desembar 2016 saya dikembalikan ke divisi Redaksi, kembali jadi Redaktur. Sebuah beban cukup mengganjal dalam hati saya. "saya sudah gagal." Saya pun mulai berpikir, sebagai orang yang gagal saya harus bertanggungjawab. Akhirnya saya putuskan untuk mundur. Saya berharap kegagalan saya mengemban amanah di sebuah divisi menjadi pelajaran bagi yang lain. Paling tidak berpikir seperti ini "Jangan terlena ketika berada di zona nyaman."
Per 2 Januari 2017, saya umumkan ke teman-teman sesama redaktur di divisi Redaksi tentang pengunduran diri saya. Dan, Alhamdulillah, semua prosesnya telah selesai, tepatnya pada 6 Januari, sesuai tanggal yang tertera pada surat keterangan bahwa saya telah resmi bukan lagi karyawan Radar Tarakan dari divisi Umum dan Personalian, telah saya terima.
"Terima kasih Radar Tarakan, terima kasih para suhu, guru, dan para sahabat yang telah mengajarkan dunia baru ini kepada saya. Ini tentu sebuah ilmu dan pengalaman luar biasa dalam hidup saya. Semoga Radar Tarakan Group tetap sukses menjadi yang terbesar di Kaltara."
A.Yani
Komentar
Posting Komentar