Cerminan Kota Maju Atau?
SAYA memang lahir dan dibesarkan di Kabupaten Pinrang,
Sulawesi Selatan. Tapi belakangan saya merasa kurang tahu bahkan terkadang
asing di tana kelahiranku sendiri.
Sekitar 9 tahun lalu saat usia saya baru beranjak
remaja, saya meninggalkan Pinrang dan merantau ke Kota Tarakan, Kalimantan
Utara. Waktu itu saya memang belum terlalu paham kondisi di sini, seperti apa
pemerintahannya, suhu perpolitikannya, kondisi sosialnya hingga
perekonomiannya.
Bahkan sampai saat ini pun sebenarnya masih sangat
kurang paham. Namun, saya baru saja menyadari suatu hal. Di Kota Pinrang, Ibu
Kota Kabupaten Pinrang ternyata banyak pengemis! Menurut hemat saya, bukannya
pemandangan seperti ini identik dengan kota besar dan maju? Apakah Pinrang
sudah menjadi kota maju?
Sedikit gambaran dari pendapat saya, di kota besar dan
maju biasanya masyarakatnya apatis dengan kondisi sosial atau terkesan anti
sosial. Kebanyakan masyarakatnya hanya memikirkan diri sendiri karena
persaingan ekonomi yang ketat, sehingga yang kurang mampu bersaing akan
tertekan dan terciptalah kaum fakir atau penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS).
Apakah Pinrang sudah seperti itu? Saya kurang tahu.
Yang jelas, pengemis-pengemis yang saya temui di kota ini terdiri dari semua
kalangan usia, mulai anak-anak hingga orang tua.
Selama ini saya beranggapan masyarakat Kabupaten
Pinrang tidak akan kelaparan, sebab waktu masih di bangku sekolah, saya kerap
mendengar slogan daerah ini yang bunyinya seperti ini “Pinrang lumbung padi.”
Memang benar. Lahan persawahan di daerah ini sangat
luas, membentang dari empat penjuru mata angin. Tapi kenapa masih ada pengemis?
Apakah pengemis itu bukan masyarakat asli Pinrang? Atau watak masyakat daerah
ini sudah tertular masyarakat urban yang apartis dengan kondisi sosial?
Namun, setahu saya, masalah sosial seperti ini adalah
urusan pemerintah. Mana peran pemerintah? Kenapa masih ada lansia yang menjulurkan
telapak tangannya kepada pengendara di perempatan jalan di bawah traffic light, dan bocah usia sekolah
yang tidak malu meminta uang kepada pengunjung warung kopi di tepi jalan? Ah
sudahlah. (br)
Komentar
Posting Komentar