Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

KOPI DAN AIR

Gambar
MANUSIA adalah mahluk sosial! yah! tidak ada yang menyangkali itu, sebab manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lainnya. Fakta. Kebutuhan asasi manusia sejatinya adalah kemampuan bertahan hidup, namun binatang pun demikian, bedanya manusia dipersanjatai oleh Sang Pencipta berupa akal agar bisa bertahan hidup dengan dengan cara yang mewah. Kenapa mewah? Sebab tingkat kemampuan menusia menggunakan akalnya mampu menjukkan kualitas hidup dan kemampuan bertahan hidupnya. Mungkin hanya pemikiran saya 'yang masih dangkal' mencocoklogikan perkara ini dengan kopi (layaknya manusia) dan air (layaknya akal). Seperti apa kopi menunjukkan kualitasnya tanpa diseduh dengan air? Lebih nikmat mana kopi yang diseduh dengan air dingin dibandingkan dengan air panas? Ah sudahlah... Toh ini hanya hasil cocoklogi dari 'pemikiran saya yang dangkal' ini. Nyatanya kopi juga berbeda-beda, jenisnya hanya beberapa tapi memiliki banyak identitas (ras). Kopi juga memiliki sif

Lika-Liku Kehidupan i Katu

Gambar
Ilustrasi Gadis Bugis. DI  momen hari pendidikan nasional ini saya mau mengenang sebuah kisah tentang gadis belia yang baru saja beranjak remaja. Gadis 16 tahun yang baru saja menerima buku rapor, buku berisi laporan hasil pendidikannya di sebuah sekolah formal sebagai siswi kelas 2 sekolah menengah atas. I Katu sangat bahagia, nilai-nilai yang tertera di buku rapor itu sangat baik, meski bukan yang terbaik. Dia rangking 2, dia terbaik dari 42 teman sekelasnya, hanya satu orang nilainya satu poin di atas nilainya. I Katu baru saja menerima rapor itu dari Bu Rumbai, wali kelasnya. Ia kini berjalan dengan penuh senyum di wajahnya, terkadang tanpa sadar ia melopat, ia girang. Bahagia sekali i Katu siang itu. I Katu sudah tidak sabar memperlihatkan rapor itu kepada Tetta dan Ammanya. Tetta i Katu adalah orang terpandang, orang paling dihormati di kapungnya bahkan di kampung sebelah. I Katu merasa sebentar lagi ia akan mendapat pujian luar biasa dari Tettanya karena bangga akan di

Berubahlah Pemuda!

Gambar
KEDAI BEAN LADEN TARAKAN MENJADI keren bukan tentang seperti apa kita berpenampilan. Kebanyakan menilai itu dari fashion, pergaulan dan gaya hidup lainnya yang kebanyakan ke arah sesat. Sebut saja alkohol. Kaum pemuda kadang merasa bangga kalau dia mampu meneguk puluhan botol minuman beralkohol tanpa mabuk. What ? Masa iya meneguk puluhan cc alkanol tanpa mabuk? Ayolah pemuda, hidup bukan tentang sekedar pengakuan akan hal senegatif itu. "Pemuda adalah masa depan bangsa." begitu kata orang bijak. Jadi ayolah berubah, tinggalkan semua itu, masa depan masih panjang, banyak cara menjadi keren dengan cara yang positif. Karya. Yah, mari berkarya! Buat hidup kita bermanfaat bagi orang lain, menciptakan masa depan yang lebih cemerlang dengan cara yang keren. Bakat. "Setiap orang lahir dengan bakatnya masing-masing," eksploitasi bakatmu, gali sedalam-dalamnya untuk menghasilkan sebuah karya. "Karyamu menunjukkan kualitasmu." Jadi jangan setengah-sete

Sesap Nikmat V60

Gambar
TAHUN lalu, kawanku Asri Malik menyodorkan gelas berisi cairan berwarna mirip teh pekat, " The real kopi," jarnya. Wah, pikirku masa iya kopi kayak teh gitu, biasanya kopi itu hitam, ada ampasnya, diseduh pake gula. Setelah saya coba seruput, uwekk... Rasanya kok pahit ada asamnya. Spontan aku muntahkan. Dia malah tertawa dengan cibiran khasnya. Kawanku ini sama sekali tidak kapok menawari dan terus menerus mejelaskan panjang lebar. "Kopi itu seperti ini, ini  baru yang namanya minum kopi, ini salah satu metode menyeduh kopi V60, dari biji kopi arabika yang roastingannya mendium, digrinder lalu diseduh menggunakan paper dan alat khusus, serta suhu air tertentu," tuturnya. Yah apalah itu, yang jelas kata dia, tradisi minum kopi saset bukanlah cara terbaik menikmati kopi. Cara terbaik itu yah seperti ini katanya. "Masih banyak metode lainnya, kalau kopi susu itu enaknya pakai robusta dengan metode seduhan vietnam drip," jelasnya. Hari demi

Cerminan Kota Maju Atau?

Gambar
SAYA memang lahir dan dibesarkan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Tapi belakangan saya merasa kurang tahu bahkan terkadang asing di tana kelahiranku sendiri. Sekitar 9 tahun lalu saat usia saya baru beranjak remaja, saya meninggalkan Pinrang dan merantau ke Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Waktu itu saya memang belum terlalu paham kondisi di sini, seperti apa pemerintahannya, suhu perpolitikannya, kondisi sosialnya hingga perekonomiannya. Bahkan sampai saat ini pun sebenarnya masih sangat kurang paham. Namun, saya baru saja menyadari suatu hal. Di Kota Pinrang, Ibu Kota Kabupaten Pinrang ternyata banyak pengemis! Menurut hemat saya, bukannya pemandangan seperti ini identik dengan kota besar dan maju? Apakah Pinrang sudah menjadi kota maju? Sedikit gambaran dari pendapat saya, di kota besar dan maju biasanya masyarakatnya apatis dengan kondisi sosial atau terkesan anti sosial. Kebanyakan masyarakatnya hanya memikirkan diri sendiri karena persaingan ekonomi yang

Dilema Besar

Gambar
BERADA dalam kondisi sulit akan dua pilihan memang sangat menyakitkan. Pikiran bercampur aduk, kepercayaan memudar, curiga, apakah kawan masih ingin berkawan? Sangat membuat frustasi. Pilihan pertama; bertahan. Ada orangtua yang menginginkan perubahan hidup kepada anaknya. Yang menurut dia terlalu lama larut dalam kesia-siaan. Padahal sang anak sejatinya hanya ingin mengejar masa depan yang sesuai harapannya. Pilihan kedua; pergi/beranjak dari kungkungan orangtua. Ada kawan yang menawarkan sebuah impian besar. Menjanjikan pengalaman hidup yang cukup superior, tapi harus pergi menjauh dari orangtua. Artinya, harus melabrak, berontak dari keinginan Ibu Bapak. Kata orang, "hidup ini kita yang jalani, risikonya tanggung sendiri." Pergi... bertahan... pergi... bertahan... pergi... bertahan... Ah membosankan! Kalau ada pilihan ketiga, apa juga serumit ini? Kemungkinan untuk pilihan keempat juga seperti itu. Tingkat stress sudah mencapai puncak rasanya. Gila? I

Stop Press

Gambar
JANUARI 2017 , sebuah kenangan 6 tahun silam kembali terjadi bulan ini. Tepatnya pada November 2010, sebuah langkah yang banyak orang sebut "meninggalkan zona nyaman" kembali terjadi dalam hidup saya. Enam tahun lalu, saya yang hanya mengantongi ijazah D1 dari sebuah akademi komunistas dengan pengetahuan komputer dasar bekerja sebagai karyawan kontrak di sebuah pabrik kayu lapis ternama di Kota Tarakan. Panghasilannya cukup lumayan. Sebagai seoarang remaja yang baru mengenal dunia kerja, waktu itu penghasilan saya cukup memuaskan. Namun akhirnya memilih meninggalkan pekerjaan itu untuk mencoba pengalaman baru. Meski ada alasan lain yakni sulit mengatur waktu kuliah dengan sistem kerja shift, saya memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan surat kabar terbesar di Kaltara (waktu itu belum mekar dari Kaltim), yakni SKH Radar Tarakan. Saya menerima tawaran bekerja sebagai Marketing PPL di divisi Pemasaran. Gajinya hanya setengah dari apa yang saya dapat dari pekerjaan s